Senin, 01 Mei 2017

MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK BABI



BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak babi dan atau produk olahannya cukup potensial sebagai komoditas ekspor nasional. Pasar komoditas ini masih terbuka lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong. Berdasarkan statistik peternakan tahun 2010, populasi ternak babi tertinggi terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur 1,637,351ekor, Bali (930,465 ekor), Sumatera Utara (734,222 ekor), Sulawesi Selatan (549,083 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor), Papua (546,696 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor), Sulawesi Utara (332 ,942 ekor), Bangka Belitung (268,220 ekor), Sulawesi Tengah (215,973 ekor), Kepri (185,663 ekor).

Usaha peternakan babi merupakan usaha yang sudah dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama, namun belum ditemukan informasi tertulis, kapan sebetulnya peternakan babi di Indonesia dimulai. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa skala usaha peternakan babi sangat beragam. Di beberapa daerah seperti di Tapanuli Utara, Nias, Toraja, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan Barat, dan Irian Jaya ternak babi dipelihara hanya sebagai sambilan usaha keluarga. Babi (umumnya dari jenis lokal) dilepas atau semi-dikurung dan diberikan limbah dapur dan limbah pertanian, sehingga produktivitasnya belum sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi.


Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ternak babi yang baik sehingga usaha peternakan babi yang dilakukan dapat memperoleh hasil yang optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Babi
Babi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Class                : Mammalia
Ordo                : Artiodactyla
Sub ordo         : Sus
Spesies            : Sus Scrofa Sus, Vittatus
Babi termasuk ke dalam family suidae yaitu ternak non ruminansia dan dalam genus Sus ( babi liar). Babi yang ada pada ssaat ini diperkirakan merupakan keturunan dari:
1. Sus scrofa
2 .Sus vitatus
Sus scrofa memiliki tubuh besar, kepala runcing dan taring yang panjang. Pada sebagian leher terdapat bulu panjang dan kasar, kaki depan dan belakangnya besar. Sus vitatus tubuhnya lebih kecil dengan bulu halus dan kaki depan serta belakangnya lebih kecil.  Pada dasarnya bangsa babi yang ada di Indonesia merupakan bangsa babi yang berasal dari tetua Sus vitatus yang saat ini masih banyak terdapat pada hutan-hutan di daerah Indonesia, namun karena perbedaan iklim, daerah lingkungan, pakan dan sebagainya sehingga muncul bangsa-bangsa babi jinak yang ada (Sihombing, 1991).
Ternak babi merupakan salah satu dari sekian jenis ternak yang mempunyai potensi sebagai suatu sumber protein hewani dengan sifat-sifat yang dimiliki yaitu prolifik (memiliki banyak anak setiap kelahiran), efisien dalam mengkonversi bahan makanan menjadi daging dan mempunyai daging dengan persentase karkas yang tinggi (Siagian, 1999).
Ternak  babi  merupakan  salah  satu  komoditi  Peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut disebabkan ternak babi dapat mengkonsumsi makanan dengan efisien, sangat prolifik yakni beranak dua kali setahun dan sekali beranak antara 10 – 14 ekor  (Wheindrata, 2013).
Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan makanan secara efisien. Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan manusia yang tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi produksi daging. Besarnya konversi babi terhadap ransum ialah 3,5 artinya untuk menghasilkan berat babi 1 kg dibutuhkan makanan sebanyak 3,5 kg ransum (Prasetya, H., 2012).
Ternak babi juga adalah ternak yang paling subur untuk dipelihara dan kemudian dijual. Jumlah anak yang dilahirkan lebih dari satu, serta jarak dari satu kelahiran dan kelahiran berikutnya pendek hal ini memungkinkan untuk menjualnya dalam jumlah besar. Babi yang besar dapat dengan mudah memproduksi litter size yang masing-masing terdiri dari rata-rata 10 ekor babi perkelahiran, selanjutnya dinyatakan bahwa karakter reproduksi bersifat unik bila dibandingkan dengan sapi, domba dan kuda. Perbedaan yang paling penting adalah bahwa babi merupakan hewan polytocous atau melahirkan anak lebih dari satu (Blakely J dan Bade, 1992).
Pemeliharaan Ternak Babi
T          ingkat keberhasilan usaha ternak babi yang dijalankan pada dasarnya tergantung pada kemampuan pengusahanya dalam mengendalikan peranan faktor-faktor penentu dalam usaha mengeksploitasi sifat tersebut. Pada skala usaha kecil, maka usaha peternakan babi merupakan komponen usaha pertanian tanaman pangan atau usaha lain dan peternakan babi hanyalah sebagai usaha sambilan. Sedangkan pada skala usaha besar, tujuan ekonomi semakin menonjol oleh karena itu prinsip ekonomi semakin diintensifkan, sehingga pertimbangan akan pengaruh faktor internal maupun eksternal akan semakin intensif ( Aak., 1974).
Ternak babi sangat sensitif terhadap pengaruh makanan yang tidak mencukupi dan terhadap tatalaksanaan pemeliharaan yang kurang berhubung karena pertumbuhan yang luar biasa cepatnya dan oleh karena itu menuntut kebutuhan makanan yang bermutu tinggi.ternak babi mempunyai pertambahan berat badan atau pertumbuhan yang lebih tinggi dengan pemberian takaran makanan tertentu jika dibandingkan dengan ternak lain, kecuali ayam broiler yang dipelihara dengan cermat, jug akalori yang berasal dari makanan yang dikandung di dalam bagian – bagian yang dapat dimakan dari ternak babi lebih tinggi dibandingkan dengan yang berasal dari jenis ternak lain dengan pemberian takaran zat makanan yang sama (sihombing, 1991).
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi. Hal lain yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam suatu usaha peternakan babi adalah tenaga yang terampil dalam mengelola usaha tersebut (Murtidjo, 1990).
Ternak babi yang dihasilkan oleh suatu peternakan babi akan mempunyai performans yang baik apabila manajemen pemeliharaan yang digunakan juga baik. Manajemen pemeliharaan babi harus disesuaikan dengan periode masa pertumbuhan babi, dari manajemen pemilihan bibit, pemberian pakan, perkawinan, kesehatan dan lain-lain. Maka dari itu manajamen pemeliharaan sangat menentukan kuantitas maupun kualitas babi yang dihasilkan (Siagian, 1999).

BAB III
PEMBAHASAN

Di Indonesia ternak babi telah cukup lama diketahui orang, namun pengetahuan tentang beternak babi yang benar dan produktif belum banyak diterapkan, mengingat kurangnya informasi, akibatnya peternakan babi di Indonesia cenderung masih dilakukan secara tradisional bahkan tak jarang ditemui banyak peternakan babi yang dikelola secara sangat sederhana dalam arti belum dikandangkan secara baik, belum diperhatikan pakannya, pertumbuhannya, perkembangbiakannya maupun kesehatannya.
Agar usaha ternak babi dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan Ternak Babi.

PEMILIHAN BIBIT
Pemilihan bibit yang baik merupakan langkah awal keberhasilan suatu usaha peternakan. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan pada waktu memilih bibit:
Babi Sehat, dengan ciri-ciri : letak puting simetris dan jumlah 12 buah kiri dan kanan, ambing yang besar dengan saluran darah terlihat jelas, tubuh yang padat dan kompak, kaki yang tegap dan kokoh, tubuh yang panjang dibandingkan dari babi-babi yang sama umur.
Anak babi yang akan di ternakan sebaiknya berasal dari induk yang sering menghasilkan anak banyak atau biasanya mempunyai anak lebih dari 5 ekor dalam satu kelahiran dan sanggup atau menjaga anak-anaknya sampai saat lepas susu, maupun pejantan yang sanggup atau mempunyai kemampuan kawin serta menghasilkan anak lebih dari 5 ekor.

PERKANDANGAN
Untuk mencapai keberhasilan di dalam usaha peternakan khusunya ternak babi, antara lain perlu diusahakan suatu bangunan kandang yang baik. Sebab hanya kandang yang baiklah yang akan mampu:
  1. Meningkatkan konversi makanan
  2. Meningkatkan pertumbuhan dan menjamin kesehatan ternak.

Yang dimaksud dengan kandang yang baik disini ialah, suatu bangunan kandang yang dibangun menurut aturan kandang yang benar.
Ada berbagai macam kandang babi, masing-masing bisa dibedakan menurut konstruksi dan kegunaannya.
Berbagai Macam Kandang Menurut Konstruksinya
Menurut konstruksinya kandang babi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
  1.  Kandang Tunggal; yaitu bangunan kandang yang terdiri dari satu baris saja
  2. Kandang Ganda; yaitu bangunan kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya bisa saling berhadapan ataupun bertolak belakang.

Berbagai Macam Kandang Menurut Kegunaannya
Menurut kegunaannya, kandang babi sisa dibangun sesuai dengan tujuannya, masing-masing dengan ukuran dan perlengkapan yang berbeda-beda;
1.      Kandang Induk
Kandang induk yang efisien ialah jika kandang tersebut nyaman bagi induk dan sekaligus nyaman bagi anak-anak yang dilahirkan, sehingga anak-anaknya bisa mendapatkan kesempatan hidup pada kandang tersebut.
Pada pokoknya kadang babi induk bisa dibedakan antara kandang individual dan kelompok.
a)      Kandang Individual
Pada kandang induk individual, satu ruangan hanyalah disediakan untuk seekor babi. Konstruksi kandang individual ialah kandang tunggal, di mana kandang hanya terdiri dari satu baris kandang. Atap bagian depan dibuat lebih tinggi daripada bagian belakang, pada saat hujan atap bagian depan diusahakan bisa ditutup. Untuk ukuran kandang tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Tinggi bagian depan 2,5 m, bagian belakang 2 m
  2. Panjang 2,5 m, ditambah halaman pengumbaran yang terletak di belakang sepanjang 4 m
  3. Tinggi tembok 1 m
  4. Lebar 3 m.

Pada ren (halaman pengumbarannya) yang berukuran panjang 4 m itu lantainya bisa dibuat dari pasangan semen, tanah atau batu, di mana induk bisa makan di situ pula. Sedangkan untuk diding depan bisa dibuat dari tembok, bamboo, papan atau bahan lain seperti anyaman kawat. Tetapi apabila dinding itu bahannya dari kawat, harus diusahakan dengan anyaman yang kecil, dan kuat supaya anak-anaknya tidak bisa keluar.Kandang ini perlu dilengkapi dengan guard-rail (pintu penghalang) yang terletak di dalam, guna mencegah babi kecil mati tertindih, lampu pemanas, diberikan tilam dari jerami kering yang bersih serta dilengkapi dengan tempat makan khusus untuk anak-anak babi. Tempat makan ini diberi pagar pemisah agar induk tidak bisa mengganggu makanan yang diberikan kepada anak-anaknya.
b)      Kandang Kelompok
Pada dasarnya kandang induk kelompok ini sama seperti pada kandang individual. Biasanya konstruksi kandang ini ialah kandang ganda, sehingga bisa dilengkapi dengan gang/jalan yang dapat dipakai untuk memberikan makanan dan air minum, sedang alat perlengkapan lainnya sama seperti pada kandang tunggal. 


3.     Kandang Fattening

Kandang fattening ini pada prinsipnya sama dengan kandang induk, akan tetapi perlengkapan dan ukuran lebih sederhana, masing-masing bisa dibangun konstruksi tunggal atau ganda. Konstruksi ganda ini bisa dipakai untuk kelompok fattening yang jumlahnya lebih besar, namun tiap-tiap unit tak akan melebihi 12 – 15 ekor. Di samping kandang fattening ini berbentuk kandang kelompok, tetapi ada pula yang berbentuk battery.
Kapasitas/ukuran:
  1. 1  m²/1 ekor, babi yang berat badannya rata-rata 80 kg
  2. 0,75 m² untuk berat 50 kg/ekor
  3. 0,5 m² untuk babi berat 35 kg/ekor. 

3.      Kandang Pejantan
Kandang pejantan dibangun khusus, terpisah dengan babi induk. Dan usahakan agar bangunan itu kuat, yang dilengkapi dengan halaman pengumbaran, agar pejantan bisa exercise(lantai) dan bisa melihat babi-babi betina dari halaman.
Ukuran :
  1. 2 x 3 m dan halaman 4 x 3 m
  2. Tinggi kandang, bagian depan 2 m, belakang 1,5 m.

PAKAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak babi. Sebab 60% dari keseluruhan biaya dihabiskan untuk keperluan babi-babi induk (bibit), dan 80% untuk keperluan babi fattening. Oleh karena itu suatu hal yang perlu diperhatikan disini ialah bahwa walaupun babi itu secara alamiah tergolong hewan yang makannya sangat rakus, dan suka makan apapun, namun mereka perlu diberi makanan dengan perhitungan yang betul. Sebab, di samping ternak babi itu banyak makan dan rakus, konversi terhadap makanan pun sangant bagus, sehingga apabila pemeliharaannya baik, laju pertumbuhannya pun akan baik pula. Perlu diingat bahwa babi termasuk hewan yang memiliki alat pencernaan sederhana, yang tak mampu mencerna bahan makanan yang kadar serat kasarnya tinggi. Pakan untuk ternak babi umumnya merupakan campuran dari berbagai macam bahan makanan yang diberikan dalam kurun waktu tertentu (ransum).
Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan peternak dalam pemberian pakan/ransum pada ternak babi adalah sebagai berikut:
a)      Kandungan Zat Makanan
Semua bahan makanan yang diperlukan oleh babi terutama terdiri dari enam unsur pokok : karbohidrat, serat kasar, lemak, protein, vitamin-vitamin, mineral dan air.
b)     Penyusunan Ransum
Apabila jumlah babi yang dipiara itu hanya bebarapa ekor saja, maka kepada babi tersebut bisa diberikan sisa-sisa bahan makanan dari dapur, seperti kulit pisang, pepaya, sayuran, nasi dan lain sebagainya. Akan tetapi betapapun banyak sisa makanan yang bisa diberikan, namun praktek pemberian makanan semacam itu kurang bisa dipertanggung jawabkan. Sebab bahan makanan tersebut bukanlah merupakan rasum yang mempunyai susunan zat makanan dalam imbangan yang tepat seperti yang diperlukan tubuh babi untuk keperluan pertumbuhan dan berproduksi.
Kandungan zat makanan dalam ransum diperhitungkan berdasarkan beberapa faktor diantaranya :
  1. Tujuan peternakan itu sendiri, misalnya sebagai babi fattening, bibit
  2. Fase hidup babi, starter, grower, finisher atau berat babi
  3. Pedoman yang telah ada seperti zat-zat makanan yang diperlukan dan pertimbangan ekonomis, serta bahan yang tersedia pada sepanjang tahun.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka dapat disusun berbagai macam ransum sesuai dengan kebutuhan babi dan tujuan peternak.
Ransum Starter
Yang dimaksud dengan babi starter ialah anak babi yang masih menyusui dengan umur 8 – 10 minggu. Pada fase atau periode ini mereka harus mendapatkan ransum starter, yaitu ransum yang terdiri dari :
  1. Komposisi bahan makanan yang mudah dihisap oleh anak babi dan pula mudah dicerna (creep feeder)
  2. Kandungan serat kasarnya rendah, misalnya dari bahan jagung giling halus, tepung susu skim. Sebab susu kandungan proteinnya tinggi, sedangkan jagung memiliki kadar cerna yang tinggi dan merupakan sumber karbohidrat
  3. Kandungan protein 20 – 22 %, MP 70
  4. Serat kasar 3 %. 

Ransum Grower
Babi grower yaitu anak babi sesudah melampaui fase starter sampai umur 5 bulan. Babi-babi yang telah melewati fase grower dan mencapai berat 50 kg. Hal ini dimaksudkan agar :
  1. Babi tumbuh cepat, sehat dan kuat
  2. Bisa menghasilkan babi-babi fattening yang tidak banyak lemak atau spek, melainkan banyak daging
  3. Babi bibit (breeding) dalam periode menyusui nanti akan bisa memproduksi air susu cukup banyak.

Babi-babi yang hidup pada fase ini harus mendapatkan ransum grower, yaitu ransum yang terdiri dari :
  1. Bahan yang agak kasar sedikit dari pada ransum starter
  2. Kadar protein kurang lebih 17%, MP 68
  3. Serat kasar 5%
  4. Ditambah ekstra hijauan segar, vitamin-vitamin dan mineral. 

Ransum Fattening
Babi fattening adalah babi-babi yang digemukkan sebagai babi potongan yang beratnya 50 – 100 kg. penggemukan ini dimulai semenjak mereka sudah melewati fase grower yang berat hidupnya 50 kg sampai dengan bisa dipotong yaitu pada waktu mencapai berat 100 kg. Ransum yang diberikan ialah ransum fattening, yang terdiri dari :
-          Bahan makanan yang agak kasar
-          Kadar protein 14%, MP 69.

Ransum Bibit
Ransum bibit merupakan ransum yang diberikan kepada babi dara, sebagai pengganti makanan fase grower atau babi bunting3 bulan pertaman. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah babi tidak boleh terlampau gemuk dan banyak fat. Untuk menghindarkan keadaan ini maka babi tersebut harus diberikan ransum khusus yaitu ransum bibit yang terdiri dari: 
  1. Bahan-bahan makanan yang kadar serat kasarnya relative tinggi kurang lebih 8,5%
  2. Protein 14,5 %, MP 64
  3. Ditambah hijauan. 

Ransum Induk Menyusui
Ransum induk menyusui yaitu ransum yang diberikan pada bulan terakhir pada masa bunting dan selama mereka menyusui. Ransum tersebut terdiri dari :
-          Bahan yang kandungan serat kasarnya relative rendah, 7%
Serat kasar yang tidak terlalu tinggi dimaksudkan untuk menghidari kemungkinan terjadinya kesukaran buang kotoran (konstipasi) pada saat hendak melahirkan. Untuk mengatasi konstipasi ini babi bisa ditolong dengan diberikan obat pencahar (urus-urus), misalnya garam inggris sebanyak 1 (satu) sendok makan yang dicampur makanan. Pemberiannya dilakukan beberapa hari sebelum dan sesudah melahirkan. Pada saat ini jumlah ransum bisa dikurangi, tetapi harus betul-betul bermutu.
-          Kadar protein tinggi, 18,5%, MP 66
Protein yang tinggi diperlukan untuk : pertumbuhan embrio dan persiapan produksi air susu.

c)      Pemberian Ransum
  1. Untuk anak babi berumur kurang lebih 8 minggu 0,25 kg/ ekor/hari
  2. Untuk anak babi berumur 1 tahun sebanyak 2 kg/ekor/hari.
  3. Untuk induk yang tidak menyusui/ tidak bunting kurang lebih 2 kg/ekor/hari.
  4. Untuk induk babi yang bunting sebanyak kurang lebih 2,5 kg/ekor/hari.
  5. Untuk induk menyusui 2 kg/ekor/hari ditambah dengan jumlah anak dikalikan 0,25 kg/ekor/hari.
  6. Untuk pejantan sebanyak 3 – 4 kg/ekor/hari.
Makanan diberikan 2-3 kali sehari dan tidak mutlak harus dimasak karena zat-zat vitamin dalam campuran makanan yang dimasak akan rusak atau hilang, namun ada pula yang perlu dimasak seperti ubi kayu, daun keladi dan kacang kedelai sebab mengandung racun, dapat menimbulkan gatal gatal, mengandung zat anti metabolik. Ternak babi disamping membutuhkan makanan juga membutuhkan air minum yang bersih setiap hari dan disediakan secara tak terbatas dalam kandang sehingga babi dapat minum sesuai dengan kebutuhannya.

PEMELIHARAAN
Pokok - pokok beternak babi:
Yang perlu diperhatikan terhadap pemeliharaan anak babi antara lain:
  1. Anak babi yang berumur 2 minggu diberikan makanan khusus;
  2. Terhadap babi umur 4 minggu melakukan kastrasi;
  3. Babi umur 6 minggu diadakan vaksinasi;
  4. Babi umur 4-8 minggu penyapihan;
  5. Babi umur 10 minggu pencegahan atau pemberantasan terhadap penyakit cacing;
  6. Babi sangat sensitif terhadap perubahan suhu yang mendadak;
  7. Bentuk kandang ikut menentukan efisiensi tenaga, biaya dan produksi;
  8. Babi sensitif terhadap penyakit-penyakit parasit seperti cacing, kudis;
  9. Pengawasan terhadap gejala babi birahi menentukan sukses tidaknya perkawinan.

Beberapa faktor penting dalam pemeliharaan ternak babi:
  1. Berat anak babi waktu lahir 1-1,5 kg;
  2. Jumlah anak babi sekali melahirkan 7-14 ekor;
  3. Pertambahan berat badan 450-500 gram/hari;
  4. Berat penyapihan rata-rata 10-14 kg;
  5. Umur untuk dikawinkan pertama kali bagi betina 10-12 bulan, pejantan minimal 8 bulan;
  6. Siklus birahi betina rata-rata 21 hari;
  7. Lama birahi 2-3 hari, perkawinan dilakukan pada hari kedua saat babi itu birahi;
  8. Lama kebuntingan kira-kira 114 hari (3 bulan 3 minggu 3 hari);
  9. Induk umumnya melahirkan 2 x setahun;
  10. Sebaiknya babi dijual setelah umur 8-9 bulan dengan berat hidup 80-100 kg

   Hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh peternak:
  1. Berat pada waktu lahir, disapih;
  2. Tanggal kelahiran, perkawinan, penyapihan;
  3. Banyaknya makanan yang dihabiskan;
  4. Kondisi dan penyakit yang timbul;
  5. Bangsa babi;
  6. Jumlah anak yang dilahirkan;
  7. Kelamin/sex anak yang dilahirkan;
  8. Berat badan waktu dijual;
  9. Pertambahan berat badan perhari ;
  10. Silsilah induk dan ayah;
  11. Selain diambil dagingnya, seperti halnya dengan kotoran ternak lain, kotoran babi juga dapat digunakan sebagai pupuk setelah kering dan disimpan beberapa saat.
Anak babi sejak lahir sampai berumur 10 hari menghadapi suatu masa kritis sebab anak babi sangat sensitif dan tidak berdaya menghadapi lingkungan yang berat. Kematian anak babi sangat menonjol apabila tatalaksana dan pemeliharaan induk dan anak kurang baik. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal dalam pemeliharaan anak-anak babi misalnya:
  1. Pembuatan kandang dengan sekat pengaman dalam kandang, tempat makan;
  2. Menjaga kebersihan kandang secara teratur dan kontinyu;
  3. Segera setelah anak babi lahir, tali pusar diolesi obat merah untuk menghindari infeksi;
  4. Memberi makan dan minum secara teratur;
  5. Bila induk babi mati, anak babi yang masih kecil dapat dipisahkan ke induk yang lain atau diberi susu pengganti sebanyak 0,2 - 0,4 liter/ekor/hari sampai umur 4-5 minggu.

Babi jantan yang digunakan sebagai pejantan pada umur 10 bulan dapat mengawini 1 sampai 2 ekor babi betina/hari dan dalam seminggu jangan lebih dari 3 kali kawin. Perbandingan jumlah pejantan dan induk babi 1 ekor : 8 - 10 ekor. Anak babi yang tidak digunakan sebagai calon pejantan sebaiknya segera dikebiri berumur kira-kira 3 minggu.
Babi yang digunakan sebagai calon induk dikawinkan pertama kali pada umur 9 bulan, sedangkan induk babi yang baru melahirkan sudah dapat dikawinkan kembali setelah umur 12 minggu atau setelah anaknya disapih.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Pada prinsipnya penyakit yang menyerang babi bisa digolongkan menjadi dua:
1.      Penyakit Tak Menular
Misalnya penyakit akibat kekurangan zat-zat makanan tertentu (deficiency) seperti anemia, bulu rontok, rachitis, keracunan, dan lain-lain.
2.      Penyakit Menular
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan dari suatu organisme (bakteri, virus dan parasit) seperti cacing, kutu, dan lain - lain.
Berikut ini hal – hal penting yang harus dilakukan oleh peternak dalm menjalani usaha ternak babi agar ternak babi dapat terhindar dari berbagai penyakit:
  1. Kualitas dan kuantitas pakan/ransum diperhatikan;
  2. Kualitas air minum diperhatikan;
  3. Menjaga kebersihan ternak babi;
  4. Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan insektisida terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama lainnya;
  5. Selalu memperhatikan kondisi ternak, termasuk kondisi fisiologis;
  6. Pemberian vaksinasi;
  7. Memisahkan ternak yang sakit ke kandang isolasi;
  8. Segera mengobati ternak yang sakit;
  9. Melakukan konsultasi dengan penyuluh peternakan atau dokter hewan;
  10. Membakar atau mengubur bangkai babi yang mati karena penyakit hewan menular dibawah pengawasan Dokter Hewan Peternakan setempat;


BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi.