BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang
cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak babi dan atau produk olahannya cukup
potensial sebagai komoditas ekspor nasional. Pasar komoditas ini masih terbuka
lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong. Berdasarkan statistik
peternakan tahun 2010, populasi ternak babi tertinggi terdapat di Provinsi Nusa
Tenggara Timur 1,637,351ekor, Bali (930,465 ekor), Sumatera Utara (734,222
ekor), Sulawesi Selatan (549,083 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor), Papua
(546,696 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor), Sulawesi Utara (332 ,942
ekor), Bangka Belitung (268,220 ekor), Sulawesi Tengah (215,973 ekor), Kepri
(185,663 ekor).
Usaha peternakan babi merupakan usaha yang sudah dilakukan
dalam kurun waktu yang cukup lama, namun belum ditemukan informasi tertulis,
kapan sebetulnya peternakan babi di Indonesia dimulai. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa skala usaha peternakan babi sangat beragam. Di beberapa
daerah seperti di Tapanuli Utara, Nias, Toraja, Nusa Tenggara Timur, Bali,
Kalimantan Barat, dan Irian Jaya ternak babi dipelihara hanya sebagai sambilan
usaha keluarga. Babi (umumnya dari jenis lokal) dilepas atau semi-dikurung dan
diberikan limbah dapur dan limbah pertanian, sehingga produktivitasnya belum
sesuai dengan yang diharapkan.
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha
ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit
yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana
pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan
induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan
hasil produksi.
Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manajemen
pemeliharaan ternak babi yang baik sehingga usaha peternakan babi yang
dilakukan dapat memperoleh hasil yang optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Babi
Babi
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Class
: Mammalia
Ordo
: Artiodactyla
Sub
ordo : Sus
Spesies
: Sus Scrofa Sus,
Vittatus
Babi
termasuk ke dalam family suidae yaitu ternak non ruminansia dan dalam genus Sus
( babi liar). Babi yang ada pada ssaat ini diperkirakan merupakan keturunan
dari:
1.
Sus scrofa
2
.Sus vitatus
Sus scrofa memiliki tubuh besar, kepala runcing dan taring
yang panjang. Pada sebagian leher terdapat bulu panjang dan kasar, kaki depan
dan belakangnya besar. Sus vitatus tubuhnya lebih kecil dengan bulu halus dan
kaki depan serta belakangnya lebih kecil. Pada dasarnya bangsa babi yang
ada di Indonesia merupakan bangsa babi yang berasal dari tetua Sus vitatus yang
saat ini masih banyak terdapat pada hutan-hutan di daerah Indonesia, namun
karena perbedaan iklim, daerah lingkungan, pakan dan sebagainya sehingga muncul
bangsa-bangsa babi jinak yang ada (Sihombing, 1991).
Ternak babi merupakan salah satu dari sekian jenis
ternak yang mempunyai potensi sebagai suatu sumber protein hewani dengan
sifat-sifat yang dimiliki yaitu prolifik (memiliki banyak anak setiap
kelahiran), efisien dalam mengkonversi bahan makanan menjadi daging dan
mempunyai daging dengan persentase karkas yang tinggi (Siagian, 1999).
Ternak
babi merupakan salah satu komoditi Peternakan
yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut disebabkan ternak babi
dapat mengkonsumsi makanan dengan efisien, sangat prolifik yakni beranak dua
kali setahun dan sekali beranak antara 10 – 14 ekor (Wheindrata, 2013).
Babi adalah ternak monogastrik yang mampu mengubah bahan
makanan secara efisien. Limbah pertanian, peternakan dan sisa makanan manusia
yang tidak termakan dapat digunakan oleh babi untuk menjadi produksi daging.
Besarnya konversi babi terhadap ransum ialah 3,5 artinya untuk menghasilkan
berat babi 1 kg dibutuhkan makanan sebanyak 3,5 kg ransum (Prasetya, H., 2012).
Ternak babi juga adalah ternak yang paling subur untuk
dipelihara dan kemudian dijual. Jumlah anak yang dilahirkan lebih dari satu,
serta jarak dari satu kelahiran dan kelahiran berikutnya pendek hal ini
memungkinkan untuk menjualnya dalam jumlah besar. Babi yang besar dapat dengan
mudah memproduksi litter size yang masing-masing terdiri dari rata-rata 10 ekor
babi perkelahiran, selanjutnya dinyatakan bahwa karakter reproduksi bersifat
unik bila dibandingkan dengan sapi, domba dan kuda. Perbedaan yang paling
penting adalah bahwa babi merupakan hewan polytocous atau melahirkan anak lebih
dari satu (Blakely J dan Bade, 1992).
Pemeliharaan
Ternak Babi
T ingkat keberhasilan usaha ternak babi
yang dijalankan pada dasarnya tergantung pada kemampuan pengusahanya dalam
mengendalikan peranan faktor-faktor penentu dalam usaha mengeksploitasi sifat
tersebut. Pada skala usaha kecil, maka usaha peternakan babi merupakan komponen
usaha pertanian tanaman pangan atau usaha lain dan peternakan babi hanyalah
sebagai usaha sambilan. Sedangkan pada skala usaha besar, tujuan ekonomi
semakin menonjol oleh karena itu prinsip ekonomi semakin diintensifkan,
sehingga pertimbangan akan pengaruh faktor internal maupun eksternal akan
semakin intensif ( Aak., 1974).
Ternak babi sangat sensitif terhadap pengaruh makanan yang
tidak mencukupi dan terhadap tatalaksanaan pemeliharaan yang kurang berhubung
karena pertumbuhan yang luar biasa cepatnya dan oleh karena itu menuntut
kebutuhan makanan yang bermutu tinggi.ternak babi mempunyai pertambahan berat
badan atau pertumbuhan yang lebih tinggi dengan pemberian takaran makanan
tertentu jika dibandingkan dengan ternak lain, kecuali ayam broiler yang
dipelihara dengan cermat, jug akalori yang berasal dari makanan yang dikandung
di dalam bagian – bagian yang dapat dimakan dari ternak babi lebih tinggi
dibandingkan dengan yang berasal dari jenis ternak lain dengan pemberian
takaran zat makanan yang sama (sihombing, 1991).
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha
ternak babi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan
bibit yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana
pemeliharaan yang meliputi perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan
induk, anak babi, ternak babi jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan
hasil produksi. Hal lain yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dalam
suatu usaha peternakan babi adalah tenaga yang terampil dalam mengelola usaha
tersebut (Murtidjo, 1990).
Ternak babi yang dihasilkan oleh suatu peternakan babi akan
mempunyai performans yang baik apabila manajemen pemeliharaan yang digunakan
juga baik. Manajemen pemeliharaan babi harus disesuaikan dengan periode masa
pertumbuhan babi, dari manajemen pemilihan bibit, pemberian pakan, perkawinan,
kesehatan dan lain-lain. Maka dari itu manajamen pemeliharaan sangat menentukan
kuantitas maupun kualitas babi yang dihasilkan (Siagian, 1999).
BAB III
PEMBAHASAN
Di Indonesia ternak babi telah cukup lama diketahui orang,
namun pengetahuan tentang beternak babi yang benar dan produktif belum banyak
diterapkan, mengingat kurangnya informasi, akibatnya peternakan babi di
Indonesia cenderung masih dilakukan secara tradisional bahkan tak jarang
ditemui banyak peternakan babi yang dikelola secara sangat sederhana dalam arti
belum dikandangkan secara baik, belum diperhatikan pakannya, pertumbuhannya,
perkembangbiakannya maupun kesehatannya.
Agar
usaha ternak babi dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka
perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan
Ternak Babi.
PEMILIHAN
BIBIT
Pemilihan bibit yang baik merupakan langkah awal
keberhasilan suatu usaha peternakan. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan pada
waktu memilih bibit:
Babi
Sehat, dengan ciri-ciri : letak puting simetris dan jumlah 12 buah kiri dan
kanan, ambing yang besar dengan saluran darah terlihat jelas, tubuh yang padat
dan kompak, kaki yang tegap dan kokoh, tubuh yang panjang dibandingkan dari
babi-babi yang sama umur.
Anak
babi yang akan di ternakan sebaiknya berasal dari induk yang sering
menghasilkan anak banyak atau biasanya mempunyai anak lebih dari 5 ekor dalam
satu kelahiran dan sanggup atau menjaga anak-anaknya sampai saat lepas susu,
maupun pejantan yang sanggup atau mempunyai kemampuan kawin serta menghasilkan
anak lebih dari 5 ekor.
PERKANDANGAN
Untuk mencapai keberhasilan di dalam usaha peternakan khusunya ternak babi, antara lain perlu diusahakan suatu bangunan kandang yang baik. Sebab hanya kandang yang baiklah yang akan mampu:
Untuk mencapai keberhasilan di dalam usaha peternakan khusunya ternak babi, antara lain perlu diusahakan suatu bangunan kandang yang baik. Sebab hanya kandang yang baiklah yang akan mampu:
- Meningkatkan konversi makanan
- Meningkatkan pertumbuhan dan menjamin kesehatan ternak.
Yang
dimaksud dengan kandang yang baik disini ialah, suatu bangunan kandang yang
dibangun menurut aturan kandang yang benar.
Ada
berbagai macam kandang babi, masing-masing bisa dibedakan menurut konstruksi
dan kegunaannya.
Berbagai
Macam Kandang Menurut Konstruksinya
Menurut
konstruksinya kandang babi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
- Kandang Tunggal; yaitu bangunan kandang yang terdiri dari satu baris saja
- Kandang Ganda; yaitu bangunan kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya bisa saling berhadapan ataupun bertolak belakang.
Berbagai
Macam Kandang Menurut Kegunaannya
Menurut
kegunaannya, kandang babi sisa dibangun sesuai dengan tujuannya, masing-masing
dengan ukuran dan perlengkapan yang berbeda-beda;
1.
Kandang Induk
Kandang
induk yang efisien ialah jika kandang tersebut nyaman bagi induk dan sekaligus
nyaman bagi anak-anak yang dilahirkan, sehingga anak-anaknya bisa mendapatkan
kesempatan hidup pada kandang tersebut.
Pada
pokoknya kadang babi induk bisa dibedakan antara kandang individual dan
kelompok.
a) Kandang Individual
Pada
kandang induk individual, satu ruangan hanyalah disediakan untuk seekor babi.
Konstruksi kandang individual ialah kandang tunggal, di mana kandang hanya
terdiri dari satu baris kandang. Atap bagian depan dibuat lebih tinggi daripada
bagian belakang, pada saat hujan atap bagian depan diusahakan bisa ditutup.
Untuk ukuran kandang tersebut adalah sebagai berikut:
- Tinggi bagian depan 2,5 m, bagian belakang 2 m
- Panjang 2,5 m, ditambah halaman pengumbaran yang terletak di belakang sepanjang 4 m
- Tinggi tembok 1 m
- Lebar 3 m.
Pada ren (halaman pengumbarannya) yang berukuran panjang 4 m
itu lantainya bisa dibuat dari pasangan semen, tanah atau batu, di mana induk
bisa makan di situ pula. Sedangkan untuk diding depan bisa dibuat dari tembok,
bamboo, papan atau bahan lain seperti anyaman kawat. Tetapi apabila dinding itu
bahannya dari kawat, harus diusahakan dengan anyaman yang kecil, dan kuat
supaya anak-anaknya tidak bisa keluar.Kandang ini perlu dilengkapi dengan
guard-rail (pintu penghalang) yang terletak di dalam, guna mencegah babi kecil
mati tertindih, lampu pemanas, diberikan tilam dari jerami kering yang bersih
serta dilengkapi dengan tempat makan khusus untuk anak-anak babi. Tempat makan
ini diberi pagar pemisah agar induk tidak bisa mengganggu makanan yang
diberikan kepada anak-anaknya.
b) Kandang Kelompok
Pada dasarnya kandang induk kelompok ini sama seperti pada
kandang individual. Biasanya konstruksi kandang ini ialah kandang ganda,
sehingga bisa dilengkapi dengan gang/jalan yang dapat dipakai untuk memberikan
makanan dan air minum, sedang alat perlengkapan lainnya sama seperti pada
kandang tunggal.
3. Kandang Fattening
Kandang
fattening ini pada prinsipnya sama dengan kandang induk, akan tetapi
perlengkapan dan ukuran lebih sederhana, masing-masing bisa dibangun konstruksi
tunggal atau ganda. Konstruksi ganda ini bisa dipakai untuk kelompok fattening
yang jumlahnya lebih besar, namun tiap-tiap unit tak akan melebihi 12 – 15
ekor. Di samping kandang fattening ini berbentuk kandang kelompok, tetapi ada
pula yang berbentuk battery.
Kapasitas/ukuran:
- 1 m²/1 ekor, babi yang berat badannya rata-rata 80 kg
- 0,75 m² untuk berat 50 kg/ekor
- 0,5 m² untuk babi berat 35 kg/ekor.
3.
Kandang Pejantan
Kandang
pejantan dibangun khusus, terpisah dengan babi induk. Dan usahakan agar
bangunan itu kuat, yang dilengkapi dengan halaman pengumbaran, agar pejantan
bisa exercise(lantai) dan bisa melihat babi-babi betina dari halaman.
Ukuran :
Ukuran :
- 2 x 3 m dan halaman 4 x 3 m
- Tinggi kandang, bagian depan 2 m, belakang 1,5 m.
PAKAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak
babi. Sebab 60% dari keseluruhan biaya dihabiskan untuk keperluan babi-babi
induk (bibit), dan 80% untuk keperluan babi fattening. Oleh karena itu suatu
hal yang perlu diperhatikan disini ialah bahwa walaupun babi itu secara alamiah
tergolong hewan yang makannya sangat rakus, dan suka makan apapun, namun mereka
perlu diberi makanan dengan perhitungan yang betul. Sebab, di samping ternak
babi itu banyak makan dan rakus, konversi terhadap makanan pun sangant bagus,
sehingga apabila pemeliharaannya baik, laju pertumbuhannya pun akan baik pula.
Perlu diingat bahwa babi termasuk hewan yang memiliki alat pencernaan
sederhana, yang tak mampu mencerna bahan makanan yang kadar serat kasarnya
tinggi. Pakan untuk ternak babi umumnya merupakan campuran dari berbagai macam
bahan makanan yang diberikan dalam kurun waktu tertentu (ransum).
Beberapa
faktor penting yang harus diperhatikan peternak dalam pemberian pakan/ransum
pada ternak babi adalah sebagai berikut:
a)
Kandungan Zat Makanan
Semua
bahan makanan yang diperlukan oleh babi terutama terdiri dari enam unsur pokok
: karbohidrat, serat kasar, lemak, protein, vitamin-vitamin, mineral dan air.
b)
Penyusunan Ransum
Apabila jumlah babi yang dipiara itu hanya bebarapa ekor
saja, maka kepada babi tersebut bisa diberikan sisa-sisa bahan makanan dari
dapur, seperti kulit pisang, pepaya, sayuran, nasi dan lain sebagainya. Akan
tetapi betapapun banyak sisa makanan yang bisa diberikan, namun praktek
pemberian makanan semacam itu kurang bisa dipertanggung jawabkan. Sebab bahan
makanan tersebut bukanlah merupakan rasum yang mempunyai susunan zat makanan
dalam imbangan yang tepat seperti yang diperlukan tubuh babi untuk keperluan
pertumbuhan dan berproduksi.
Kandungan
zat makanan dalam ransum diperhitungkan berdasarkan beberapa faktor diantaranya
:
- Tujuan peternakan itu sendiri, misalnya sebagai babi fattening, bibit
- Fase hidup babi, starter, grower, finisher atau berat babi
- Pedoman yang telah ada seperti zat-zat makanan yang diperlukan dan pertimbangan ekonomis, serta bahan yang tersedia pada sepanjang tahun.
Berdasarkan
faktor-faktor tersebut di atas, maka dapat disusun berbagai macam ransum sesuai
dengan kebutuhan babi dan tujuan peternak.
Ransum
Starter
Yang
dimaksud dengan babi starter ialah anak babi yang masih menyusui dengan umur 8
– 10 minggu. Pada fase atau periode ini mereka harus mendapatkan ransum
starter, yaitu ransum yang terdiri dari :
- Komposisi bahan makanan yang mudah dihisap oleh anak babi dan pula mudah dicerna (creep feeder)
- Kandungan serat kasarnya rendah, misalnya dari bahan jagung giling halus, tepung susu skim. Sebab susu kandungan proteinnya tinggi, sedangkan jagung memiliki kadar cerna yang tinggi dan merupakan sumber karbohidrat
- Kandungan protein 20 – 22 %, MP 70
- Serat kasar 3 %.
Ransum
Grower
Babi
grower yaitu anak babi sesudah melampaui fase starter sampai umur 5 bulan.
Babi-babi yang telah melewati fase grower dan mencapai berat 50 kg. Hal ini
dimaksudkan agar :
- Babi tumbuh cepat, sehat dan kuat
- Bisa menghasilkan babi-babi fattening yang tidak banyak lemak atau spek, melainkan banyak daging
- Babi bibit (breeding) dalam periode menyusui nanti akan bisa memproduksi air susu cukup banyak.
Babi-babi
yang hidup pada fase ini harus mendapatkan ransum grower, yaitu ransum yang
terdiri dari :
- Bahan yang agak kasar sedikit dari pada ransum starter
- Kadar protein kurang lebih 17%, MP 68
- Serat kasar 5%
- Ditambah ekstra hijauan segar, vitamin-vitamin dan mineral.
Ransum
Fattening
Babi
fattening adalah babi-babi yang digemukkan sebagai babi potongan yang beratnya
50 – 100 kg. penggemukan ini dimulai semenjak mereka sudah melewati fase grower
yang berat hidupnya 50 kg sampai dengan bisa dipotong yaitu pada waktu mencapai
berat 100 kg. Ransum yang diberikan ialah ransum fattening, yang terdiri dari :
-
Bahan makanan yang agak kasar
-
Kadar protein 14%, MP 69.
Ransum
Bibit
Ransum
bibit merupakan ransum yang diberikan kepada babi dara, sebagai pengganti
makanan fase grower atau babi bunting3 bulan pertaman. Yang perlu diperhatikan
dalam hal ini ialah babi tidak boleh terlampau gemuk dan banyak fat. Untuk
menghindarkan keadaan ini maka babi tersebut harus diberikan ransum khusus
yaitu ransum bibit yang terdiri dari:
- Bahan-bahan makanan yang kadar serat kasarnya relative tinggi kurang lebih 8,5%
- Protein 14,5 %, MP 64
- Ditambah hijauan.
Ransum
Induk Menyusui
Ransum
induk menyusui yaitu ransum yang diberikan pada bulan terakhir pada masa
bunting dan selama mereka menyusui. Ransum tersebut terdiri dari :
-
Bahan yang kandungan serat kasarnya
relative rendah, 7%
Serat
kasar yang tidak terlalu tinggi dimaksudkan untuk menghidari kemungkinan
terjadinya kesukaran buang kotoran (konstipasi) pada saat hendak melahirkan.
Untuk mengatasi konstipasi ini babi bisa ditolong dengan diberikan obat
pencahar (urus-urus), misalnya garam inggris sebanyak 1 (satu) sendok makan
yang dicampur makanan. Pemberiannya dilakukan beberapa hari sebelum dan sesudah
melahirkan. Pada saat ini jumlah ransum bisa dikurangi, tetapi harus
betul-betul bermutu.
-
Kadar protein tinggi, 18,5%, MP 66
Protein
yang tinggi diperlukan untuk : pertumbuhan embrio dan persiapan produksi air
susu.
c)
Pemberian Ransum
- Untuk anak babi berumur kurang lebih 8 minggu 0,25 kg/ ekor/hari
- Untuk anak babi berumur 1 tahun sebanyak 2 kg/ekor/hari.
- Untuk induk yang tidak menyusui/ tidak bunting kurang lebih 2 kg/ekor/hari.
- Untuk induk babi yang bunting sebanyak kurang lebih 2,5 kg/ekor/hari.
- Untuk induk menyusui 2 kg/ekor/hari ditambah dengan jumlah anak dikalikan 0,25 kg/ekor/hari.
- Untuk pejantan sebanyak 3 – 4 kg/ekor/hari.
Makanan
diberikan 2-3 kali sehari dan tidak mutlak harus dimasak karena zat-zat vitamin
dalam campuran makanan yang dimasak akan rusak atau hilang, namun ada pula yang
perlu dimasak seperti ubi kayu, daun keladi dan kacang kedelai sebab mengandung
racun, dapat menimbulkan gatal gatal, mengandung zat anti metabolik. Ternak
babi disamping membutuhkan makanan juga membutuhkan air minum yang bersih
setiap hari dan disediakan secara tak terbatas dalam kandang sehingga babi
dapat minum sesuai dengan kebutuhannya.
PEMELIHARAAN
Pokok
- pokok beternak babi:
Yang
perlu diperhatikan terhadap pemeliharaan anak babi antara lain:
- Anak babi yang berumur 2 minggu diberikan makanan khusus;
- Terhadap babi umur 4 minggu melakukan kastrasi;
- Babi umur 6 minggu diadakan vaksinasi;
- Babi umur 4-8 minggu penyapihan;
- Babi umur 10 minggu pencegahan atau pemberantasan terhadap penyakit cacing;
- Babi sangat sensitif terhadap perubahan suhu yang mendadak;
- Bentuk kandang ikut menentukan efisiensi tenaga, biaya dan produksi;
- Babi sensitif terhadap penyakit-penyakit parasit seperti cacing, kudis;
- Pengawasan terhadap gejala babi birahi menentukan sukses tidaknya perkawinan.
Beberapa
faktor penting dalam pemeliharaan ternak babi:
- Berat anak babi waktu lahir 1-1,5 kg;
- Jumlah anak babi sekali melahirkan 7-14 ekor;
- Pertambahan berat badan 450-500 gram/hari;
- Berat penyapihan rata-rata 10-14 kg;
- Umur untuk dikawinkan pertama kali bagi betina 10-12 bulan, pejantan minimal 8 bulan;
- Siklus birahi betina rata-rata 21 hari;
- Lama birahi 2-3 hari, perkawinan dilakukan pada hari kedua saat babi itu birahi;
- Lama kebuntingan kira-kira 114 hari (3 bulan 3 minggu 3 hari);
- Induk umumnya melahirkan 2 x setahun;
- Sebaiknya babi dijual setelah umur 8-9 bulan dengan berat hidup 80-100 kg
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh
peternak:
- Berat pada waktu lahir, disapih;
- Tanggal kelahiran, perkawinan, penyapihan;
- Banyaknya makanan yang dihabiskan;
- Kondisi dan penyakit yang timbul;
- Bangsa babi;
- Jumlah anak yang dilahirkan;
- Kelamin/sex anak yang dilahirkan;
- Berat badan waktu dijual;
- Pertambahan berat badan perhari ;
- Silsilah induk dan ayah;
- Selain diambil dagingnya, seperti halnya dengan kotoran ternak lain, kotoran babi juga dapat digunakan sebagai pupuk setelah kering dan disimpan beberapa saat.
Anak
babi sejak lahir sampai berumur 10 hari menghadapi suatu masa kritis sebab anak
babi sangat sensitif dan tidak berdaya menghadapi lingkungan yang berat.
Kematian anak babi sangat menonjol apabila tatalaksana dan pemeliharaan induk
dan anak kurang baik. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal dalam
pemeliharaan anak-anak babi misalnya:
- Pembuatan kandang dengan sekat pengaman dalam kandang, tempat makan;
- Menjaga kebersihan kandang secara teratur dan kontinyu;
- Segera setelah anak babi lahir, tali pusar diolesi obat merah untuk menghindari infeksi;
- Memberi makan dan minum secara teratur;
- Bila induk babi mati, anak babi yang masih kecil dapat dipisahkan ke induk yang lain atau diberi susu pengganti sebanyak 0,2 - 0,4 liter/ekor/hari sampai umur 4-5 minggu.
Babi
jantan yang digunakan sebagai pejantan pada umur 10 bulan dapat mengawini 1
sampai 2 ekor babi betina/hari dan dalam seminggu jangan lebih dari 3 kali
kawin. Perbandingan jumlah pejantan dan induk babi 1 ekor : 8 - 10 ekor. Anak
babi yang tidak digunakan sebagai calon pejantan sebaiknya segera dikebiri
berumur kira-kira 3 minggu.
Babi
yang digunakan sebagai calon induk dikawinkan pertama kali pada umur 9 bulan,
sedangkan induk babi yang baru melahirkan sudah dapat dikawinkan kembali
setelah umur 12 minggu atau setelah anaknya disapih.
PENGOBATAN
DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Pada
prinsipnya penyakit yang menyerang babi bisa digolongkan menjadi dua:
1.
Penyakit Tak Menular
Misalnya
penyakit akibat kekurangan zat-zat makanan tertentu (deficiency) seperti
anemia, bulu rontok, rachitis, keracunan, dan lain-lain.
2.
Penyakit Menular
Penyakit
yang disebabkan oleh gangguan dari suatu organisme (bakteri, virus dan parasit)
seperti cacing, kutu, dan lain - lain.
Berikut
ini hal – hal penting yang harus dilakukan oleh peternak dalm menjalani usaha
ternak babi agar ternak babi dapat terhindar dari berbagai penyakit:
- Kualitas dan kuantitas pakan/ransum diperhatikan;
- Kualitas air minum diperhatikan;
- Menjaga kebersihan ternak babi;
- Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan insektisida terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama lainnya;
- Selalu memperhatikan kondisi ternak, termasuk kondisi fisiologis;
- Pemberian vaksinasi;
- Memisahkan ternak yang sakit ke kandang isolasi;
- Segera mengobati ternak yang sakit;
- Melakukan konsultasi dengan penyuluh peternakan atau dokter hewan;
- Membakar atau mengubur bangkai babi yang mati karena penyakit hewan menular dibawah pengawasan Dokter Hewan Peternakan setempat;
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk
memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik
dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang meliputi
perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi
jantan dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi.